Saturday, April 27, 2013

Kala Rindu Menyapa



Kala Rindu Menyapa
Rindu adalah api yang tidak ingin buru-buru mati.
Rindu adalah butir-butir pengharapan yang kau berikan tanpa timbangan.
Rindu adalah kecupmu di kepalaku, yang walau telah mengendap dalam waktu, tidak sedikit pun terabrasi dri pikiranku.
Rindu itu di saat kamu merasa yang biasa ada di sampingmu pergi, dan takut itu tidak akan kembali.
Rindu adalah malam yang tak sabar menunggu embun pagi datang, dan akhirnya memilih berdialog dengan bulan sambil tetap menunggu.
Rindu itu sederhana, aku, kamu, tak ketemu.
Rindu itu menggaruk luka yang tak pernah sembuh, untuk sekedar merasa sisa dari hadirnya kamu.
Rindu adalah foto yang kau tangisi saat kau ratapi dengan teliti.
Rindu karena tak sempat berbagi indah, hanya menyisakan bantal yang basah.
Rindu adalah rasa nyaman hanya dengan melihat punggungnya.
Rindu adalah melepasnya dengan lambaian dan senyuman di stasiun kala itu.
Rindu adalah saat kau mengatakan bai-baik saja padanya, padahal sebenarnya hatimu serasa tertempa ribuan beton karena memikirkannya.
Rindu adalah saat kau membuka hati  untuknya, tap dia malah mengacuhkannya.
Rindu adalah saat kau ingin memeluknya dalam diam, tapi lalu kau terhentak dan sadar bahwa itu musthahil.
Rindu adalah tentang senyum dan tawanya yang masih tersimpan di sudut hatimu.
Rindu adalah ketika bayangmu melintas di pikiranku sesaatku membuka mata dari lelap tidurku.
Rindu adalah goresan namanya memenuhi buku harianmu.
Rindu adalah ketika kau mendengarkan dengan syahdu sebuah lagu kesukaannya.
Rindu adalah rasa ingin menjailinya lagi, sementara tidak ada.
Rindu adalah menangis dalam diam di sela – sela penantian.
Rindu adalah merasa bersemangat kembali saat kau mengingat semua impianmu bersamanya.
Rindu adalah ketika kau melihatnya di facebook, YM, atau BBM namun tak berani menyapa.
Rindu adalah saat kau mengetik SMS selamat tidur untuknya, namun hanya berani kau simpan di dalam draft.
Rindu adalah saat kau sudah berhasil menghapus nomornya dari contact-mu tapi kau masih ingat setiap digitnya.
Rindu adalah di mana kau selalu ingattau bahkan bau lagu kesukaannya, bentuk tulisantangannya, atau bahkan bau badannya.
Rindu adalah saat aku di pulau  Sumatera dan kau begitu jauhnya di pulau Jawa.
Rindu adalah di mana aku tidak pernah tahu kapan akan berhenti mengharapkanmu.
Rindu adalah membalas lambainmu di keramaian, hanya untuk tahu kamu melambai ke cewek di belakangku.
Rindu adalah di dalam mal, dan baru sadar pakai sandal jepit yang beda warna.
Rindu adalah saat seorang cadel berteriak “LIIINDUUUUU” dan banyak orang – orangyang menghambur keluar dengan wajah panik.
Rindu genggaman erat di jari, ciuman di kening, embusan napas di telinga, bisikan lirih “terima kasih” dan desir halus saat cinta menyapu hati.
Rindu adalah gema masa lalu yang terus menggaung sampai kini, hingga nanti, sampai mati...
Rindu adalah ketika kamu meng-unfollow aku, tapi suka ngintip – ngintip timeline-ku. And yes, I know you still do.
Rindu adalah ketika kamu masih setia mengecek update-an statusku, dan profile-ku namun kamu tak berani commant apalagi nge-wall.
Rindu adalah ketika aku mendamba air dan kau menuangnya padang pasir.
Rindu adalah ketika detak jantungku mendaraskan satu nama, dan kau di sana menulikan telinga.
Rindu adalah lintah yang menghisap habis setiap senyum saat kau lupa menyapa.
Rindu adalah ketika sinyal internet terbang ke surga, sedang aku di bumi semalaman merana.
Rindu adalah percikan rasa yang ku nikmati, sebelum ku tahu itu dapat sangat menyiksa.
Rindu adalah ketika angin membisikkan namamu, tapi hanya aku yang mampu mendengarnya.
Rindu adalah ketika ku bisikkan namamu dalam tiap kesempatan tapi tiada satu orang pun yang dengar, tidak juga kau.
Rindu adalah ketika dalam tidur pun aku memikirkanmu.
Rindu adalah rangkaian kata – kata istimewa untukmu, tapi tak dapat ku sampaikan.
Rindu adalah satu kata yang sukar terucap, karena di kalahkan oleh gengsi.
Rindu adalah sebuah penyakit, dan kamu adalah obatnya.
Rindu adalah ketika aku berkendara dan tanpa sadar menuju rumahmu.
Rindu adalah ketika fantasiku meliar tentang suaramu, sentuhanmu, genggamanmu, pelukanmu, kecupanmu.
Rindu adalah ketika aku merasa mencium wangimu, dan berusaha menemukan sumbernya.
Rindu adalah ketika aku duduk di sisi taman, seperti yang biasa kau lakukan.
Rindu adalah ketika suara motor yang ku dengar kusangka suara motormu.
Rindu adalah ketika orang lain dapat menemukanmu, dan aku tidak.
Rindu adalah ketika aku menggenggam tanganku dan membayangkan kau yang menggenggamnya.
Rindu adalah jeda, untuk lebih mencintaimu.
Rindu itu, hitungan langkah kaki untuk mendekat denganmu.
Rindu adalah segelas pelukan. Kau siapkan dan jaga agar tetap hangat. Hingga ia menghampirimu.
Rindu itu adalah waktu dimana aku menjadi pelukis. Kala ketidaktentraman membuatku terpejam, ku lukis bayanganmu dalam kelopak mataku.
Rindu itu penawar ulung, kau bisa jual apa saja untuk menghabiskannya. Kau jual waktu dan jarak, dan bahkan energimu.
Rindu adalah gema suara yang terngiang di telinga, terputar berulang dalam benak jiwa.
Rindu itu keikhlasan untuk tak bersua, tak senada dan tak seirama dalam sepotong waktu yang ada. Sementara. . .
Rindu itu adalah gairah menggebu untuk bertemu dalam rintihan waktu.
Rindu itu lonceng waktu, untuk selalu mengingatmu.
Rindu itu, menutup mata kala terjaga, mengharap kau ada saat esok tiba.
Rindu itu adalah ketika aku terpaku pada guratan wajah berpigura di sudut kamarku. Ketika hatiku berteriak di kejauhan dan hanya kau yang mendengar.
Itulah RINDU.
Rindu itu waktu dan aku tanpa kamu.

No comments: